ISLAM NUSANTARA MENURUT
MAULANA AL HABIB MUHAMMAD LUTHFI BIN YAHYA
Sebenarnya maksudnya Islam di Nusantara, bukan
merupakan ajaran atau aliran sendiri. Jadi bagaimana
mewarisi Islam yang telah digagas atau dikembangkan para
wali-wali dulu. Islam di belahan bumi Indonesia itu punya
karakteristik sendiri yang unik. Kalau saja Wali Songo itu
tidak coba beradaptasi dengan lingkungan sekitar ketika
Hindu dan Budha masih menjadi agama mayoritas, mungkin
kita tidak bisa menyaksikan Islam yang tumbuh subur seperti
sekarang ini.
Inti Indonesia adalah terletak pada rasa persatuan dan
kesatuan. Rasa inilah yang agaknya menjadi barang mahal
dan sulit sekarang ini. Rasa itu sesungguhnya yang
membingkai keberadaan NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia). Karenanya tugas kita bagaimana terus menjaga
NKRI ini dan mengukuhkan Persatuan Bangsa dan Negara.
Indonesia itu tidak disukai kalau ekonominya maju. Karenanya
selalu ada upaya eksternal (asing) untuk memperlemah
ekonomi Indonesia. Sekaligus terus mengancam NKRI. Ketika
gagal melemahkan dari sisi ekonomi, dilemparlah isu Sunni-
Syiah. Begitu merasa gagal dengan isu itu kemudian konflik
antar umat beragama seperti insiden di Tolikara Papua.
Intinya cuma satu: MEMECAH BELAH NKRI.
Laut itu punya jati diri, pendirian, dan harga diri. Sehingga
betapapun zat yang masuk ke dalam laut melalui sungai-
sungai yang mengalir kepadanya, keasinan air laut tidak akan
terkontaminasi. Karena laut itu bisa mengantisipasi limbah-
limbah yang masuk. Ikan yang berada di dalam laut pun juga
demikian. Ia tetap tawar dan tidak terkontaminasi oleh
asinnya air laut. Sedangkan air laut sendiri tidak
mengintervensi ikan yang ada di laut. Keduanya mempunyai
jati diri yang luar biasa dan bisa hidup bersama, serta saling
menghargai dalam “ideologinya” masing-masing.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara, laut adalah contoh
konkret. Jati diri bangsa, harga diri bangsa, kehormatan
bangsa tetep punya kepribadian yang luar biasa, dan kedua-
duanya dapat hidup bareng dengan harmoni. Kalau kita bisa
meniru kehidupan yang ada di laut, maka bangsa ini akan
aman dan enggak bakal ruwet.
Perlu ditegaskan disini bahwa Islam Nusantara tidaklah anti
budaya Arab, akan tetapi untuk melindungi Islam dari
Arabisasi dengan memahaminya secara kontekstual. Islam
Nusantara tetaplah berpijak pada aqidah tauhid sebagaimana
esensi ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad. Arabisasi
bukanlah esensi ajaran Islam. Karenanya, kehadiran
karakteristik Islam Nusantara bukanlah respon dari upaya
Arabisasi atau percampuran budaya Arab dengan ajaran
Islam, akan tetapi menegaskan pentingnya sebuah
keselarasan dan kontekstualisasi terhadap budaya lokal
sepanjang tidak melanggar esensi ajaran Islam.
merupakan ajaran atau aliran sendiri. Jadi bagaimana
mewarisi Islam yang telah digagas atau dikembangkan para
wali-wali dulu. Islam di belahan bumi Indonesia itu punya
karakteristik sendiri yang unik. Kalau saja Wali Songo itu
tidak coba beradaptasi dengan lingkungan sekitar ketika
Hindu dan Budha masih menjadi agama mayoritas, mungkin
kita tidak bisa menyaksikan Islam yang tumbuh subur seperti
sekarang ini.
Inti Indonesia adalah terletak pada rasa persatuan dan
kesatuan. Rasa inilah yang agaknya menjadi barang mahal
dan sulit sekarang ini. Rasa itu sesungguhnya yang
membingkai keberadaan NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia). Karenanya tugas kita bagaimana terus menjaga
NKRI ini dan mengukuhkan Persatuan Bangsa dan Negara.
Indonesia itu tidak disukai kalau ekonominya maju. Karenanya
selalu ada upaya eksternal (asing) untuk memperlemah
ekonomi Indonesia. Sekaligus terus mengancam NKRI. Ketika
gagal melemahkan dari sisi ekonomi, dilemparlah isu Sunni-
Syiah. Begitu merasa gagal dengan isu itu kemudian konflik
antar umat beragama seperti insiden di Tolikara Papua.
Intinya cuma satu: MEMECAH BELAH NKRI.
Laut itu punya jati diri, pendirian, dan harga diri. Sehingga
betapapun zat yang masuk ke dalam laut melalui sungai-
sungai yang mengalir kepadanya, keasinan air laut tidak akan
terkontaminasi. Karena laut itu bisa mengantisipasi limbah-
limbah yang masuk. Ikan yang berada di dalam laut pun juga
demikian. Ia tetap tawar dan tidak terkontaminasi oleh
asinnya air laut. Sedangkan air laut sendiri tidak
mengintervensi ikan yang ada di laut. Keduanya mempunyai
jati diri yang luar biasa dan bisa hidup bersama, serta saling
menghargai dalam “ideologinya” masing-masing.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara, laut adalah contoh
konkret. Jati diri bangsa, harga diri bangsa, kehormatan
bangsa tetep punya kepribadian yang luar biasa, dan kedua-
duanya dapat hidup bareng dengan harmoni. Kalau kita bisa
meniru kehidupan yang ada di laut, maka bangsa ini akan
aman dan enggak bakal ruwet.
Perlu ditegaskan disini bahwa Islam Nusantara tidaklah anti
budaya Arab, akan tetapi untuk melindungi Islam dari
Arabisasi dengan memahaminya secara kontekstual. Islam
Nusantara tetaplah berpijak pada aqidah tauhid sebagaimana
esensi ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad. Arabisasi
bukanlah esensi ajaran Islam. Karenanya, kehadiran
karakteristik Islam Nusantara bukanlah respon dari upaya
Arabisasi atau percampuran budaya Arab dengan ajaran
Islam, akan tetapi menegaskan pentingnya sebuah
keselarasan dan kontekstualisasi terhadap budaya lokal
sepanjang tidak melanggar esensi ajaran Islam.
No comments:
Post a Comment